Sejarah Sunan Kalijaga Raden Syahid adalah nama kecil Sunan Kalijaga. Raden Syahid adalah anak dari adipati di Tuban, Jawa Timur. Pada masa ...
Sejarah Sunan Kalijaga
Raden Syahid adalah nama kecil Sunan Kalijaga. Raden Syahid adalah anak dari adipati di Tuban, Jawa Timur. Pada masa remajanya, ia melihat rakyat di kadipaten yang ayahnya pimpin banyak yang menderita karena upeti yang harus dibayar sangat tinggi. Kemudian ia memilih untuk menjadi maling. Awalnya ia maling gudang kadipaten dan mengambil semua makanan kemudian membagikan kepada rakyat secara diam-diam. Namun tidak lama kemudian, Raden Syahid tertangkap dan diusir dari istana kadipaten. Tidak jera setelah diusir dari istana, Raden Syahid malah merampok dan membegal orang kaya di kadipaten Tuban. Hasil dari perampokan dan pembegalannya dibagikan kepada rakyat secara diam-diam juga. Tidak lama kemudian ia tertangkap lagi. Namun yang kedua kalinya ini, ia diusir dari kadipatennya.
Setelah Raden Syahid diusir dari kadipatennya, ia berjalan terus menerus entah kemana tujuannya dan ia tidak menghentikan aksi merampoknya. Hingga suatu hari ia sampai di hutan Jati Wangi, ia bertemu dengan Sunan Bonang tetapi ia tidak mengetahui jika seorang laki-laki yang ia temui adalah Sunan Bonang. Ia hendak merampok Sunan Bonang akan tetapi Sunan Bonang pintar pencak silat sehingga Raden Syahid dapat dikalahkan dengan mudah. Dari pertemuannya dengan Sunan Bonang ia menjadi sadar bahwa perbuatannya itu salah walaupun bertujuan baik. Setelahnya Raden Syahid meminta untuk menjadi murid Sunan Bonang. Sunan Bonang pun menyetujuinya. Setelah selesai berguru dengan Sunan Bonang, Raden Syahid berguru kepada Sunan Ampel dan Sunan Giri hingga ia dikenal dengan Syekh Sa’id. Setelah beberapa tahun ia berguru, ia kembali ke Tanah Jawa dan diangkat menjadi anggota Wali Songo kemudian ia dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.
Cara Dakwah Sunan Kalijaga
Wali Songo adalah penyebar agama Islam di Tanah Jawa. Salah satu anggota wali songo adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah salah satu ulama wali songo yang terkenal dan daerah yang ia sebarkan ajaran agama Islam sangat luas. Sunan Kalijaga terkenal dengan cara dakwahnya menggunakan kesenian Jawa dan kearifan lokalnya. Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya dalam berdakwah karena ia merasa jika dalam penerjemahan Al-Qur’an-nya dapat membuat masyarakat merasa kebudayaan dan kepribadiannya diremehkan lalu mereka akan menjauh dan tidak mau mendengarkan dakwah Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga memiliki keunikan dalam menyebarkan agama Islam. Ia menggunakan baju takwa yaitu baju adat Jawa yang biasanya dikenakan dalam upacara pengantin. Sunan Kalijaga tidak mengenakan jubah seperti wali-wali yang lain tapi ia tetap mengenakan blangkon. Perbedaan tersebut salah satu cara berdakwah Sunan kalijaga agar masyarakat tertarik untuk mendengarkannya dalam berdakwah.
Pada masa penyebaran Islam di Tanah Jawa, masyarakatnya masih menganut agama Hindu dan Budha sehingga perlu kesabaran untuk agama Islam masuk ke hati masyarakat. Sunan Kalijaga percaya dengan dakwah metode bertahap masyarakat akan benar-benar memahami apa yang disampaikan olehnya, maka ia mengajarkan agama islam secara bertahap dan disesuaikan dengan budaya setempat.
Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, suluk, dan tradisi grebeg maulud sebagai sarana dakwahnya. Kesenian Jawa yang sangat terkenal dan digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan Islam adalah pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga mengganti cerita Mahabarata dan Ramayana dengan cerita mengenai agama Islam. Sunan Kalijaga juga menciptakan wayang kulit yang sekarang menjadi salah satu warisan Jawa di Indonesia. Dengan diiringi suara gamelan Sunan Kalijaga menjadi dalang dan mulai menceritakan seperti apa agama Islam itu, apa syariat-syariat Islam, dan lain-lain. Intinya ia menggambarkan Islam melalui wayang tersebut agar masyarakat mudah menerima apa yang disampaikan olehnya.
Sunan Kalijaga juga menciptakan tembang-tembang untuk menyebarkan Islam. Namun tembang yang hingga sekarang disukai oleh masyarakat adalah “ilir-ilir”. Tembang ini sering sekali dinyanyikan oleh anak-anak. Tembang yang diciptakan Sunan Kalijaga berisi tentang kehidupan masyarakat Jawa dan ajaran Islam. Bahasa yang digunakan Sunan Kalijaga pun adalah bahasa Jawa. Namun, makna yang terkandung dalam kalimat-kalimatnya sangatlah religius.
Nama penulis: Aviva SistyaniPekerjaan: Mahasiswa
Umur: 18 th
Alamat: Wiro, Bayat Klaten
Ig: Aviva_sty
COMMENTS