Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang me...
Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Sebelumnya telah disebutkan beberapa adab ketika berada di masjid, dan berikut ini lanjutan adab-adab tersebut.
Adab-adab di Masjid
13. Tidak bersuara keras dan bertengkar di masjid. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya bersikap sopan dan tenang.
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ : كُنْتُ قَائِماً فِى الْمَسْجِدِ فَحَصَبَنِى رَجُلٌ ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَقَالَ : اذْهَبْ فَأْتِنِى بِهَذَيْنِ . فَجِئْتُهُ بِهِمَا . قَالَ : مَنْ أَنْتُمَا ؟ - أَوْ مِنْ أَيْنَ أَنْتُمَا ؟ قَالاَ : مِنْ أَهْلِ الطَّائِفِ . قَالَ : لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ لأَوْجَعْتُكُمَا ، تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِى مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ؟
Dari As Saa’ib bin Yazid ia berkata, “Aku pernah berdiri di masjid, lalu ada yang melempar batu kerikil kepadaku, maka aku melihat, ternyata orang itu adalah Umar bin Khaththab ia berkata, “Pergilah, ambillah kedua batu ini.” Aku pun datang kepadanya dengan membawa kedua batu itu. Ia (Umar) bertanya, “Siapa kamu berdua?” atau “Dari mana kamu berdua?” Keduanya menjawab, “Dari penduduk Tha’if.” Ia berkata, “Kalau kamu berdua berasal dari penduduk negeri ini, tentu kamu berdua aku sakiti; kamu telah mengeraskan suara di masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari)
Demikian pula seorang muslim tidak boleh mengganggu orang yang sedang shalat dengan suara kerasnya, meskipun dengan bacaan Al Qur’an. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمُصَلِّي يُنَاجِي رَبَّهُ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يُنَاجِيْهِ وَ لاَ يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ
“Sesungguhnya orang yang shalat sedang bermunajat kepada Tuhannya, maka hendaknya ia memperhatikan isi munajatnya dan janganlah satu sama lain mengeraskan mengeraskan bacaan Al Qur’annya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah dan Aisyah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1951)
14. Memakmurkan masjid. Seorang muslim hendaknya memakmurkan masjid, menjaga shalat di dalamnya dan hatinya tergantung dengannya dan tidak meninggalkan masjid selamanya. Hal itu, karena masjid adalah tempat setiap orang yang bertakwa dan sebagai rumah Allah, ia merupakan tempat yang paling dicintai-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Terj. At Taubah: 18)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا
"Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang paling Allah benci adalah pasar." (HR. Muslim)
15. Membangun masjid karena mencari keridhaan Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ (وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ)
“Barang siapa yang membangun masjid karena mencari keridhaan Allah, maka Allah akan membangun untuknya yang seperti itu di surga." (HR. Bukhari dan Muslim, dalam sebuah riwayat Muslim disebutkan, “Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga.”)
16. Tidak membangun masjid di atas kuburan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
“Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
17. Sederhana dalam membangun masjid dan tidak menghiasnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا أُمِرْتُ بِتَشْيِيْدِ الْمَسَاجِدِ
“Aku tidak diperintahkan mentasy-yid masjid.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5550)
Tasyyid artinya berlebihan dalam menghias masjid. Ibnu Baththal berkata, “Di dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa sunnahnya dalam membangun masjid itu sederhana dan tidak berlebihan dalam menghiasnya. Oleh karena itu, Umar radhiyallahu 'anhu meskipun banyak melakukan penaklukkan di zaman kekhalifahannya dan harta melimpah ruah di sisinya, tetapi ia tidak merubah masjid dari keadaan awalnya, dan orang yang pertama menghias masjid adalah Al Walid bin Abdul Malik, dan banyak dari kaum salaf yang mendiamkannya karena takut fitnah, tetapi Abu Hanifah memberikan keringanan dalam masalah ini apabila maksudnya untuk memuliakan masjid jika memang pembiayaannya bukan dari Baitul Mal.”
Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu pernah berkata kepada orang yang membangun masjid, “Jauhilah olehmu mewarnai merah atau kuning karena akan membuat manusia terpedaya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
18. Membersihkan dan mewangikan masjid.
عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : أَمَرَ رَسُولُ اَللَّهِ بِبِنَاءِ اَلْمَسَاجِدِ فِي اَلدُّورِ , وَأَنْ تُنَظَّفَ , وَتُطَيَّبَ.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan dibangun masjid-masjid di kampung-kampung dan agar dibersihkan serta diberikan wewangian.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Abi Dawud (479))
19. Tidak melakukan jual beli di masjid. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي الْمَسْجِدِ فَقُولُوا لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً فَقُولُوا لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ
"Jika kalian melihat orang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah, “Semoga Allah tidak memberi keuntungan kepada barang daganganmu.” Jika kalian melihat orang yang mencari barang yang hilang di dalamnya maka katakanlah, “Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu." (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Al Misykaat (733) dan Al Irwa’ (1495)).
20. Melakukan I’tikaf di masjid, yakni tinggal di masjid dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mengerjakan ibadah di dalamnya, seperti shalat, dzikr, membaca Al Qur’an, dsb. Ketika tiba sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya melakukan I’tikaf di masjid.
21. Merapihkan shaf (barisan), yakni meluruskan dan merapatkan shaf ketika shalat. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum shalat merapihkan shaf, ketika itu laki-laki dewasa berdiri di shaf terdepan, anak-anak setelah orang dewasa dan kaum wanita berdiri di bagian belakang masjid. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
اسْتَوُوا وَلَا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ لِيَلِنِي مِنْكُمْ أُولُو الْأَحْلَامِ وَالنُّهَى ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Luruskanlah, dan jangan berselisih sehingga hati kalian bisa berselisih. Hendaklah yang dekat denganku orang yang yang baligh dan berakal di antara kalian, kemudian orang yang setelah mereka, kemudian orang yang setelah mereka." (HR. Muslim)
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net), Al Maktabatusy Syamilah, Kitab 9 imam (Lidwa Pusaka), Bulughul Maram, dll.
Sebelumnya telah disebutkan beberapa adab ketika berada di masjid, dan berikut ini lanjutan adab-adab tersebut.
Adab-adab di Masjid
13. Tidak bersuara keras dan bertengkar di masjid. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya bersikap sopan dan tenang.
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ : كُنْتُ قَائِماً فِى الْمَسْجِدِ فَحَصَبَنِى رَجُلٌ ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَقَالَ : اذْهَبْ فَأْتِنِى بِهَذَيْنِ . فَجِئْتُهُ بِهِمَا . قَالَ : مَنْ أَنْتُمَا ؟ - أَوْ مِنْ أَيْنَ أَنْتُمَا ؟ قَالاَ : مِنْ أَهْلِ الطَّائِفِ . قَالَ : لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ لأَوْجَعْتُكُمَا ، تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِى مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ؟
Dari As Saa’ib bin Yazid ia berkata, “Aku pernah berdiri di masjid, lalu ada yang melempar batu kerikil kepadaku, maka aku melihat, ternyata orang itu adalah Umar bin Khaththab ia berkata, “Pergilah, ambillah kedua batu ini.” Aku pun datang kepadanya dengan membawa kedua batu itu. Ia (Umar) bertanya, “Siapa kamu berdua?” atau “Dari mana kamu berdua?” Keduanya menjawab, “Dari penduduk Tha’if.” Ia berkata, “Kalau kamu berdua berasal dari penduduk negeri ini, tentu kamu berdua aku sakiti; kamu telah mengeraskan suara di masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari)
Demikian pula seorang muslim tidak boleh mengganggu orang yang sedang shalat dengan suara kerasnya, meskipun dengan bacaan Al Qur’an. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمُصَلِّي يُنَاجِي رَبَّهُ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يُنَاجِيْهِ وَ لاَ يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ
“Sesungguhnya orang yang shalat sedang bermunajat kepada Tuhannya, maka hendaknya ia memperhatikan isi munajatnya dan janganlah satu sama lain mengeraskan mengeraskan bacaan Al Qur’annya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah dan Aisyah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1951)
14. Memakmurkan masjid. Seorang muslim hendaknya memakmurkan masjid, menjaga shalat di dalamnya dan hatinya tergantung dengannya dan tidak meninggalkan masjid selamanya. Hal itu, karena masjid adalah tempat setiap orang yang bertakwa dan sebagai rumah Allah, ia merupakan tempat yang paling dicintai-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Terj. At Taubah: 18)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا
"Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang paling Allah benci adalah pasar." (HR. Muslim)
15. Membangun masjid karena mencari keridhaan Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ (وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ)
“Barang siapa yang membangun masjid karena mencari keridhaan Allah, maka Allah akan membangun untuknya yang seperti itu di surga." (HR. Bukhari dan Muslim, dalam sebuah riwayat Muslim disebutkan, “Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga.”)
16. Tidak membangun masjid di atas kuburan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
“Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
17. Sederhana dalam membangun masjid dan tidak menghiasnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا أُمِرْتُ بِتَشْيِيْدِ الْمَسَاجِدِ
“Aku tidak diperintahkan mentasy-yid masjid.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5550)
Tasyyid artinya berlebihan dalam menghias masjid. Ibnu Baththal berkata, “Di dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa sunnahnya dalam membangun masjid itu sederhana dan tidak berlebihan dalam menghiasnya. Oleh karena itu, Umar radhiyallahu 'anhu meskipun banyak melakukan penaklukkan di zaman kekhalifahannya dan harta melimpah ruah di sisinya, tetapi ia tidak merubah masjid dari keadaan awalnya, dan orang yang pertama menghias masjid adalah Al Walid bin Abdul Malik, dan banyak dari kaum salaf yang mendiamkannya karena takut fitnah, tetapi Abu Hanifah memberikan keringanan dalam masalah ini apabila maksudnya untuk memuliakan masjid jika memang pembiayaannya bukan dari Baitul Mal.”
Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu pernah berkata kepada orang yang membangun masjid, “Jauhilah olehmu mewarnai merah atau kuning karena akan membuat manusia terpedaya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
18. Membersihkan dan mewangikan masjid.
عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : أَمَرَ رَسُولُ اَللَّهِ بِبِنَاءِ اَلْمَسَاجِدِ فِي اَلدُّورِ , وَأَنْ تُنَظَّفَ , وَتُطَيَّبَ.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan dibangun masjid-masjid di kampung-kampung dan agar dibersihkan serta diberikan wewangian.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Abi Dawud (479))
19. Tidak melakukan jual beli di masjid. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي الْمَسْجِدِ فَقُولُوا لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً فَقُولُوا لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ
"Jika kalian melihat orang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah, “Semoga Allah tidak memberi keuntungan kepada barang daganganmu.” Jika kalian melihat orang yang mencari barang yang hilang di dalamnya maka katakanlah, “Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu." (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Al Misykaat (733) dan Al Irwa’ (1495)).
20. Melakukan I’tikaf di masjid, yakni tinggal di masjid dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mengerjakan ibadah di dalamnya, seperti shalat, dzikr, membaca Al Qur’an, dsb. Ketika tiba sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya melakukan I’tikaf di masjid.
21. Merapihkan shaf (barisan), yakni meluruskan dan merapatkan shaf ketika shalat. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum shalat merapihkan shaf, ketika itu laki-laki dewasa berdiri di shaf terdepan, anak-anak setelah orang dewasa dan kaum wanita berdiri di bagian belakang masjid. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
اسْتَوُوا وَلَا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ لِيَلِنِي مِنْكُمْ أُولُو الْأَحْلَامِ وَالنُّهَى ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Luruskanlah, dan jangan berselisih sehingga hati kalian bisa berselisih. Hendaklah yang dekat denganku orang yang yang baligh dan berakal di antara kalian, kemudian orang yang setelah mereka, kemudian orang yang setelah mereka." (HR. Muslim)
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net), Al Maktabatusy Syamilah, Kitab 9 imam (Lidwa Pusaka), Bulughul Maram, dll.
COMMENTS