Syiah dan Sya'ban

Syiah dan Sya'ban Bulan Sya’ban dipandang sebagai “Bulan Suci” bagi umat Syiah, karena pada bulan itu terjadi peristiwa yang dianggap...

Syiah dan Sya'ban
Bulan Sya’ban dipandang sebagai “Bulan Suci” bagi umat Syiah, karena pada bulan itu terjadi peristiwa yang dianggap istimewa untuk mengukuhkan keyakinan dan eksistensi mereka. 

Peristiwa dimaksud adalah kelahiran dua Imam dari rangkaian 12 Imam yang diklaim maksum oleh mereka. Pertama, Husen Ra., yang diklaim Imam ke-3. Ia dilahirkan di Madinah hari Kamis 3 Sya’ban tahun 4 H., sebagaimana dinyatakan Sayyid Ibnu Thawis al-Hasaniy (Iqbaal al-A’maal, V:466), serta dikukuhkan oleh Ath-Thabarsi (I’lam al-Waraa bi A’laam al-Hudaa, hlm. 215) dan Syekh Abbas al-Qummiy (Mafaatiih al-Jinaan, III:295); Kedua, Muhammad bin al-Hasan al-‘Askari, yang diklaim Imam ke-12. Ia dilahirkan di Samara Irak, malam Jumat 15 Sya’ban 255/256 H. sebagaimana dinyatakan oleh Muhaddits Syiah, Muhammad bin Ali ash-Shaduq (Kamaal ad-Diin wa Tamaam an-Ni’mah, hlm. 424), serta dikukuhkan oleh Syekh Salim ash-Shafar an-Najafi (Mawsu’ah al-Imam al-Mahdi min al-Mahd ilaa Yawm al-Qiyaamah, hlm. 16). Imam ke-12 ini digelari dengan al-Mahdi, al-Khaatam, al-Muntazhar, al-Hujjah, al-Qaa’im, ash-Shaahib.

Motivasi primer umat Syi’ah dalam pemuliaan Sya’ban itu tampak jelas terbaca dalam beragam ritual dan untaian doa yang dipanjatkan kaum Syiah di bulan ini, khususnya di hari ketiga dan malam nisfu Sya’ban. Misalnya, pada hari ketiga Sya’ban, sehubungan dengan kelahiran Husen Ra., Radio Iran Indonesia (IRIB) menuturkan propaganda berikut ini:
“Oleh karena itu, kaum Muslim dan para pecinta Ahlul Bait as memilih berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukur atas kelahiran Imam Husein as, dan mereka membaca doa ini;

اَللّهُمَّ اِنّى اَسْئَلُکَ بِحَقِّ الْمَوْلُودِ فى هذَا الْیَوْمِ… اَللّهُمَّ فَصَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَ عِتْرَتِهِ وَ احْشُرْنا فى زُمْرَتِهِ وَ بَوِّئْنا مَعَهُ دارَ الْکَرامَةِ وَ مَحَلَّ الاِقامَةِ. اَللّهُمَّ وَ کَما اَکْرَمْتَنا بِمَعْرِفَتِهِ فَاَکْرِمْنا بِزُلْفَتِهِ وَ ارْزُقْنا مُرافَقَتَهُ وَسابِقَتَهُ وَ اجْعَلْنا مِمَّنْ یُسَلِّمُ لاِمْرِهِ وَیُکْثِرُ الصَّلوةَ عَلَیْهِ عِنْدَ ذِکْرِهِ وَ عَلى جَمیعِ اَوْصِیاَّئِهِ وَ اَهْلِ اَصْفِیاَّئِهِ… اَللّهُمَّ وَهَبْ لَنا فى هذَا الْیَوْمِ خَیْرَ مَوْهِبَةٍ وَاَنْجِحْ لَنا فیهِ کُلَّ طَلِبَةٍ کَما وَهَبْتَ الْحُسَیْنَ لِمُحَمَّدٍ جَدِّهِ…”
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan kebenaran bayi yang lahir pada hari ini… Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya serta kumpulkanlah kami dengan golongannya dan berilah tempat kepada kami bersamanya di surga dan rumah abadi. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memuliakan kami dengan pengetahuannya, maka muliakanlah kami dengan kedekatan dengannya dan karuniakanlah kami persahabatan dengannya. Dan jadikanlah kami sebagai orang-orang yang tunduk pada perintahnya dan orang-orang yang memperbanyak shalawat kepadanya dan kepada para aulianya ketika mendengar namanya… Ya Allah, berikanlah kepada kami pada hari ini pemberian terbaik dan penuhilah setiap permintaah kami di dalamnya sebagaimana Engkau memberikan Husein kepada Muhammad, kakeknya…”
Sementara pada malam nisfu Sya’ban, sehubungan dengan kelahiran Imam Mahdi versi mereka, IRIB membuat propaganda berikut ini:

“Tidak diragukan lagi bahwa sebagian waktu lebih utama dari sebagian yang lain. Semua detik-detik di sepanjang bulan Ramadhan, malam Lailatul Qadar, malam Bitsat (pengutusan) Nabi Saw, Hari Raya Ghadir dan… adalah termasuk momen-momen yang sarat keutamaan. Akan tetapi, terlepas dari kemuliaan inheren yang dimiliki oleh sebagian hari, ada peristiwa-peristiwa penting yang turut menambah keagungan hari-hari tersebut. Pertengahan bulan Sya’ban juga termasuk di antara hari-hari yang paling mulia dan diagungkan dalam Islam, dan kemuliaan itu semakin lengkap dengan peristiwa kelahiran Imam Mahdi as. Masyarakat akan memperoleh keberkahan terbesar dengan kelahiran seorang wali Allah Swt, sebab ia adalah manusia terbaik di muka bumi dan kehadirannya akan menebarkan berkah bagi semua penduduk planet ini.” Silahkan cek di sini

Propaganda Syiah tampak jelas ketika kita telusuri jejak pelaksanaan ritual dan untaian doa mereka sejatinya tidak merujuk kepada petunjuk Rasulullah saw., sebagai “penghulu Ahlul Bait”, namun berdasarkan beberapa riwayat yang dinisbatan kepada para imam mereka yang diklaim maksum, khususnya Ali Zaenal Abidin, diklaim Imam ke-4, dan Ja’far ash-Shadiq, diklaim Imam ke-6. Menurut riwayat para imam mereka, amal-amal di bulan Sya’ban meliputi istigfar, shadaqah, berdoa, dan shaum.

Misalnya tokoh hadis Syiah, Syekh Abbas al-Qummi  (Lahir 1294 H dan wafat 1359 H), dalam kitabnya Mafaatiih al-Jinaan, dengan merujuk kepada sejumlah riwayat imam Syiah, membagi amal pemuliaan di bulan Sya’ban menjadi dua jenis: (1) amal-amal umum yang dilakukan pada semua hari bulan Sya’ban, (2) amal-amal khusus pada hari-hari dan malam-malam tertentu bulan itu. Amal umum, menurut Syekh Abbas, meliputi 8 bentuk:

Pertama, setiap hari, mengucapkan:

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَ أَسْأَلُهُ التَّوْبَةَ
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya), sebanyak 70 kali.” 
Kedua, setiap hari beristigfar sebanyak 70 kali dengan mengucapkan:

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ إِلَيْهِ.
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah yang tiada tuhan selain Dia. Yang Maha Pengasih. Maha Penyayang. Yang Mahahidup dan Maha Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya.”

Menurut Syekh Abbas, tentang keutamaan berdoa dan berzikir di bulan Sya’ban disebutkan dalam beberapa riwayat, antara lain: “Barangsiapa istighfar tujuh puluh kali setiap hari pada bulan ini, ia seperti orang yang istighfar tujuh puluh ribu kali di bulan yang lain.”

Tampaknya keutamaan ini bersumber riwayatkan yang dinisbatkan kepada Ja’far Ash-Shadiq, antara lain diriwayatkan Syekh Shaduq (lihat, Fadhaa’il al-Asyhur ats-Tsalaatsah, hlm. 82, No. 34)

Ketiga, bersedekah sekalipun dengan separuh biji kurma, agar Allah menyelamatkan jasadnya dari api neraka. Ritual sedekah Sya’ban ini, menurut Syekh Abbas merujuk kepada petunjuk Ja’far Ash-Shadiq
Keempat, membaca zikir berikut ini sebanyak 1000 kali:

لا إِلهَ إِلاّ الله وَلا نَعْبُدُ إِلاّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُونَ
Artinya: “Tiada Tuhan kecuali Allah, kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya dengan ikhlas menjalankan agama-Nya walaupun orang-orang musyrik membenci.”

Menurut Syekh Abbas, amalan yang mulia ini memiliki pahala yang sangat besar, dan pahalanya seperti pahala orang yang beribadah 1000 tahun.

Kelima, melakukan shalat dua rakaat setiap hari Kamis bulan Sya’ban. Caranya, setiap rakaat membaca surat Fatihah dan surat Al-Ikhlash sebanyak 100 kali. Kemudian setelah salam membaca shalawat kepada Nabi dan keluarganya sebanyak 100 kali. Orang yang mengamalkan amalan ini Allah akan memperkenankan hajatnya yang berkaitan dengan agama dan dunia. Selain itu, disunnahkan juga berpuasa sebagaimana disebutkan di dalam hadis: “Pada setiap hari Kamis bulan Sya’ban langit dihias dan para Malaikat berdoa, ‘wahai Tuhanku, ampunilah orang yang berpuasa pada hari ini dan perkenankan doanya’.”

Keenam, memperbanyak baca shalawat kepada Nabi dan keluarganya.

Ketujuh, setiap hari di bulan Sya’ban begitu masuk waktu Zhuhur dan pada pertengahan malam (Nisfu Sya’ban) membaca shalawat sebagaimana dicontohkan oleh Ali Zainal Abidin as Sajjad, diklaim Imam ke-4, dengan redaksi antara lain sebagai berikut:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ وَ مَوْضِعِ الرِّسَالَةِ وَ مُخْتَلَفِ الْمَلائِكَةِ وَ مَعْدِنِ الْعِلْمِ وَ أَهْلِ بَيْتِ الْوَحْيِ…
Artinya: “Ya Allah, curahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, pohon kenabian, tempat kelahiran risalah, tempat para malaikat datang silih berganti, sumber-sumber ilmu, dan keluarga wahyu….”

Kedelapan, membaca Munajat Sya’baniyah, yang diklaim sebagai munajat Ali bin Abi Thalib dan para imam sesudahnya, dengan redaksi antara lain sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَ اسْمَعْ دُعَائِيْ إِذَا دَعَوْتُكَ، وَ اسْمَعْ نِدَائِيْ إِذَا نَادَيْتُكَ، وَ أَقْبِلْ عَلَيَّ إِذَا نَاجَيْتُكَ، فَقَدْ هَرَبْتُ إِلَيْكَ وَ وَقَفْتُ بَيْنَ يَدَيْكَ مُسْتَكِيْنًا لَكَ مُتَضَرِّعًا إِلَيْكَ رَاجِيًا لِمَا لَدَيْكَ ثَوَابِيْ
Artinya: “Ya Allah, Curahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, dengarkanlah doaku ketika aku berdoa kepada-Mu, dengarkanlah seruanku ketika aku menyeru-Mu, dan menghadaplah kepadaku ketika aku memanggil-Mu. Aku telah lari ke (haribaan)-Mu dan berdiri di hadapan-Mu dengan merendahkan diri kepada-Mu dan mengharap pahalaku karena rahmat luas yang ada di sisi-Mu…”

Selanjutnya, Syekh Abbas al-Qummi menyebutkan bentuk-bentuk amal khusus pada hari-hari dan malam-malam tertentu bulan Sya’ban, antara lain (1) pada hari ketiga, yang disebut “Hari Berkah” oleh kaum Syiah, sebagai hari kelahiran Husen Ra. Karena itu dianjurkan shaum dan membaca doa dengan redaksi yang telah disebutkan di atas; (2) pada malam Nisfu Sya’ban, sebagai “malam super mulia (Baalighah asy-Syarf)” dan “Super Berkah (‘Azhiim Barakaat”), karena kelahiran “penguasa waktu” dan “Imam Zaman”, Imam Mahdi. Karena itu dianjurkan pada malam itu untuk melakukan amal khusus dalam 15 bentuk, antara lain menziarahi Husen dan Imam Ghaib al-Mahdi dengan doa khusus. Uraian lebih lengkap Syekh Abbas silahkan cek dalam kitabnya Mafaatiih al-Jinan di sini
dan cek ringkasan terjemahnya di sini
Dari uraian di atas tampak jelas perbedaan motif dan bentuk ritual kaum Syiah dalam pemuliaan Sya’ban dengan Nabi saw. Silahkan cek kembali di sini, Begitu pula dengan sikap para sahabat umumnya dan Ahlul Bait Nabi khususnya. Bahkan, jika merujuk kepada Ali dan kedua anaknya, Hasan dan Husen, sosok yang dianggap suci oleh kaum Syiah yang mengklaim pecinta Ahlul Bait, kita tidak pernah mendapatkan keterangan bahwa mereka menghubungkan kemuliaan bulan Sya’ban dengan hari kelahirannya.

Jadi, pemuliaan Sya’ban dengan beragam ritual dan doa di dalamnya atas nama kelahiran Husen dan Imam Mahdi mereka, juga atas nama kemulian Ahlul Bait sejatinya tidak memiliki pijakan yang kokoh dari kacamata Ahlul Bait itu sendiri. Atas dasar itu, tak berlebihan kiranya untuk dikatakan bahwa di balik pemuliaan bulan Sya’ban itu tentu saja kaum syiah memiliki motif tersendiri: “promosi ajaran Syiah dan eksistensi imamah Syiah.” Wallaahu A’lam.

Bulan Rajab telah berlalu meninggalkan kita. Sya’ban telah datang menggantikannya. Sedangkan Ramadhan sudah berada di depan menunggu giliran. Maka sungguh beruntung orang yang mengisi hidupnya untuk beribadah terutama pada bulan-bulan agung, sambil terus bersiap diri  menyambut tibanya bulan penuh berkah dan pahala, bulan Ramadhan, dengan ibadah shaum dan aktivitas kebajikan lainnya.

Pengertian Sya’ban
Sya’ban merupakan nama bulan ke-8 dari 12 bulan dalam almanak Hijriyyah. Kata Sya’ban tidak ditemukan dalam Al-Qur’an. Kata itu kita peroleh hanya di dalam hadis Nabi saw. Lalu mengapa bulan ke-8 ini dinamakan dengan Sya’ban?
Nama Sya’ban diambil dari kata Sya’bun (شعب), artinya kelompok atau golongan. Namun dapat dimaknai pula cerai-berai  (tafarruq). Menurut Imam As-Sakhawiy, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menyebutkan bahwa
شَعْبَانُ مِنْ تَشَعُّبِ الْقَبَائِلِ وَتَفَرُّقِهَا لِلْغَارَةِ وَيُجْمَعُ عَلَى شَعَابِيْنَ وَشَعْبَانَاتٍ
“Sya’ban diambil dari kata berpencar dan berpisahnya para kabilah Arab untuk berperang, (tasya’ub al-qaaba’il wa tafarruquhaa). Dijamakkan dalam bentuk syaa’abin dan Sya’banaat.” [1]

Sejumlah pakar menjelaskan latar belakang penamaan bulan itu dengan Sya’ban, antara lain karena di bulan ini orang-orang Arab pagan (para penyembah berhala) dahulu berpencar dan berpisah untuk mencari air. Sementara pendapat menyebutkan, karena pada bulan tersebut orang-orang Arab berpencar dalam penyerangan dan penyerbuan. Namun ada pula yang mengatakan “Sya’ban” juga berarti nampak atau lahir karena bulan ini nampak atau lahir di antara bulan Ramadhan dan Rajab. Sebagian pakar bahasa Arab klasik, sebagaimana dikutip oleh Tsa’lab, berpendapat:

إِنَّما سُمِّيَ شَعبَانُ شَعْبَاناً لِأَنَّه شَعَبَ أَيْ ظَهَرَ بَيْنَ شَهْرَيْ رَمَضَانَ وَرَجَبٍ
“Bulan Sya’ban dinamakan Sya’ban karena bulan ini nampak atau lahir (Sya’aba) di antara bulan Ramadhan dan Rajab.” [2]
Menurut Ibnu Hajar:

وَسُمِّيَ شَعْبَانَ لِتَشَعُّبِهِمْ فِي طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِي الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبٍ الْحَرَامُ
Bulan ini dinamai Sya’ban karena mereka (kabilah Arab) berpisah-pisah atau berpencar dalam mencari air atau dapat dimaknai pula berpencar dalam penyerangan dan penyerbuan setelah berlalu bulan Rajab yang terhormat (diharamkan untuk berperang di dalamnya).” [3]
Imam Al-Munawi mengatakan:

فَكَانَ رَجَبٌ عِنْدَهُمْ مُحَرَّمًا يَقْعُدُوْنَ فِيْهِ عَنِ الْغَزْوِ فَإِذَا دَخَلَ شَعْبَانُ تَشَعَّبُوْا أَيْ تَفَرَّقُوْا فِي جِهَاتِ الْغَارَاتِ
“Bulan Rajab menurut masyarakat jahiliyah adalah bulan terhormat, sehingga mereka tidak melakukan peperangan. Ketika masuk bulan Sya’ban, bereka berpencar ke berbagai peperangan.” [4]
Penamaan bulan ini dengan Rajab karena latarbelakang kabilah Arab berpencar ke berbagai peperangan, dipandang lebih mendekati kebenaran oleh Ibnu Hajar daripada sebab lainnya. [5]
Petunjuk Menghidupkan Sya’ban
Dalam memuliakan Sya’ban selain dengan melaksanakan ketaatan dan amal ibadah sebagaimana umumnya, seperti Qiyamullail, shalat sunnah rawatib, dan bersedekah juga terdapat satu amal yang mendapat perhatian Nabi saw. secara khusus. Beliau menghidupkan Sya’ban dengan memperbanyak shaum, bahkan hampir satu bulan penuh, sebagaimana diterangkan dalam riwayat berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا – قَالَتْ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ، وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْته فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Dari Aisyah Ra., ia berkata, “Rasulullah saw. bershaum hingga kami mengatakan, ‘Beliau tidak berbuka.’ Dan beliau berbuka (tidak bershaum) hingga kami mengatakan, ‘Beliau tidak bershaum.’ Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. bershaum sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau pada suatu bulan yang paling banyak bershaum kecuali pada bulan Sya’ban.” Muttafaq Alaih, dan redaksi di atas riwayat Muslim.

Hadis ini menunjukkan bahwa shaum Rasulullah saw. tidak dapat ditentukan pada suatu bulan tertentu, terkadang beliau shaum secara kontinu, namun terkadang pula tidak shaum secara kontinu. Hal itu boleh jadi disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat itu. Ketika beliau tidak memiliki kesibukan berat, beliau dapat shaum terus menerus, namun jika sebaliknya beliau terus menerus tidak shaum.

Hadis ini juga menunjukkan bahwa beliau mengkhususkan bulan Sya’ban untuk memperbanyak shaum dibandingkan bulan-bulan lainnya. Demikian Imam ash-Shan’ani menjelaskan. [6]

Dalam redaksi lain, Aisyah Ra.  mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi saw. tidak biasa shaum pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban, karena beliau shaum pada bulan Sya’ban sepenuhnya.” HR. Al-Bukhari. [7]
Juga diriwayatkan dengan redaksi:

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Nabi saw. shaum pada bulan Sya’ban sepenuhnya, beliau shaum pada bulan Sya’ban kecuali sedikit hari saja (beliau tidak shaum).” HR. Muslim. [8]

Maksud Shaum Sepenuhnya
Para ulama memberikan komentar beragama tentang maksud ungkapan: “Nabi saw. shaum pada bulan Sya’ban sepenuhnya.” Kata “sepenuhnya” oleh sebagian ulama dimaknai dengan “pada umumnya (ghalib)” atau “sebagian besar (Aktsar)”, bukan berarti “seluruhnya”. Imam at-Tirmidzi mengutip penjelasan dari Ibnul Mubarak, bahwa melaksanakan shaum pada sebagian besar bulan akan dinyatakan dengan “shaum sebulan penuh” dalam ungkapan orang Arab. Menurut Imam at-Tirmidzi:

كَأَنَّ ابْنَ الْمُبَارَكِ جَمَعَ بَيْنَ الْحَدِيثَيْنِ بِذَلِكَ وَحَاصِلُهُ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْكُلِّ هُوَ الْأَكْثَرُ وَهُوَ مَجَازٌ قَلِيلُ الِاسْتِعْمَالِ
“Dengan itu, Ibnul Mubarak mengkompromi dua hadis, dan kesimpulannya bahwa yang dimaksud dengan sepenuhnya (kullu) adalah sebagian besar (aktsar). Kata kullu bermakna aktsar merupakan kiasan yang jarang dipergunakan.” [9]
Dalam menjelaskan maksud “sepenuhnya”, Imam an-Nawawi merujuk perkataan Aisyah sendiri yang menjelaskannya secara langsung, sebagaimana tersebut di atas, Menurut Imam an-Nawawi:

وَقَوْلُهَا : (كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُهُ إِلَّا قَلِيلًا ) الثَّانِي تَفْسِيرٌ لِلْأَوَّلِ ، وَبَيَانٌ أَنَّ قَوْلَهَا كُلَّهُ أَيْ غَالِبُهُ
“Dan perkataan Aisyah, ‘Beliau shaum pada bulan Sya’ban sepenuhnya, beliau shaum pada bulan Sya’ban kecuali sedikit hari saja (beliau tidak shaum),’ Kalimat kedua merupakan penjelas kalimat pertama dan keterangan bahwa perkataannya: ‘Sepenuhnya’ berarti galibnya (umumnya).” [10]

Jadi, keterangan Nabi saw. shaum pada seluruh hari bulan Sya’ban maksudnya pada sebagian besar hari-hari di bulan itu. Adapun shaum yang dilaksanakan beliau bukanlah shaum khusus bulan Sya’ban melainkan berbagai shaum sunat yang biasa, seperti Senin-Kamis, ayyamul bidh (tanggal 13,14,15 tiap bulan) dan shaum Dawud, namun lebih digemarkan pelaksanaanya di bulan ini.

Selain itu, bulan Sya’ban dapat pula dimanfaatkan untuk melaksanakan shaum Qadha bagi yang tidak sempat melaksanakannya di bulan-bulan lain. Demikian itu sebagaimana dilaksanakan oleh Aisyah:

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ
Dari Abu Salamah, ia berkata, “Aku mendengar Aisyah Ra. berkata, ‘Aku berhutang shaum Ramadhan, maka aku tidak dapat mengqadhanya kecuali pada bulan Sya’ban’.” HR. Al-Bukhari. [11]

Adapun pertimbangan Nabi saw. tidak shaum pada seluruh hari bulan Sya’ban tiada lain agar tidak disangka terdapat shaum selain shaum Ramadhan yang hukumnya wajib. Sehubungan dengan itu, Imam an-Nawawi menuturkan pernyataan sebagaian ulama:

وَإِنَّمَا لَمْ يَسْتَكْمِلْ غَيْرَ رَمَضَانَ لِئَلَّا يُظَنَّ وُجُوبُهُ
“Nabi saw. tidak menyempurnakan shaum sebulan penuh selain di bulan Ramadhan tiada agar tidak disangka shaum selain Ramadhan adalah wajib.” [12]

Sementara hikmah digemarkan pelaksanaan shaum sunat di bulan ini dapat dilihat dari berbagai aspek, namun yang terkuat guna mengingatkan bahwa bulan ini sebagai momen penting yang banyak dilalaikan orang. Hikmah ini merujuk kepada salah satu riwayat yang bersumber dari Usamah bin Zaid, ia berkata:
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau shaum dalam satu bulan sebagaimana shaum di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Itulah bulan yang dilalaikan orang-orang, bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadhan, dan dia adalah bulan diangkatnya berbagai amal kepada Rabb semesta alam. Maka aku ingin amalku diangkat ketika aku sedang shaum.” HR. An-Nasai, Ahmad, dan Ath-Thahawi. [13]
Hadis ini dinilai Shahih oleh Ibnu Hajar al-Asqalani[14]  dan dinilai hasan oleh Syekh al-Albani. [15]

Adapun pelaporan amal tahunan pada bulan Sya’ban ini tidak dikhususkan pada malam tertentu, misalnya malam pertengahan Sya’ban (nisfu Sya’ban), sebagaimana disangka oleh sementara kalangan, karena hadis-hadis tentang itu berkedudukan lemah, bahkan disinyalir palsu, sebagaimana dijelaskan pada tulisan terpisah.

Mari kita gapai kemuliaan Sya’ban dengan semestinya, dan kita tidak melalaikannya dengan cara menjalankan ragam ibadah kepada Allah Swt. sesuai putunjuk Sunnah. Khususnya bagi kita yang masih mempunyai hutang shaum di tahun lalu, hendaknya segera dilunasi hutang tersebut.

By Amin Muchtar, sigabah.com/beta
[1] Lihat, Tafsir al-Qur’aan al-Azhiim/Tafsir Ibnu Katsir, II: 432
[2] Lihat, Taj al-‘Arus min Jawaahir al-Qaamuus, III:142
[3] Lihat, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, IV:213
[4] Lihat, At-Tawqif a’laa Muhimmah at-Ta’arif, hlm. 431
[5] Lihat, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, IV:213
[6] Lihat, Subul as-Salam Syarh Bulugh al-Maram, III:358
[7] Lihat, Shahih Al-Bukhari, II:695, No. 1869.
[8] Lihat, Shahih Muslim, II:811, No. 1156.
[9] Lihat, Irsyad as-Sari Syarh Shahih al-Bukhari, III: 402.
[10]Lihat, Syarh Shahih Muslim, VII:142.
[11] Lihat, Shahih Al-Bukhari, II:689, No. 1849.
[12] Lihat, Syarh Shahih Muslim, IV:161.
[13] HR. An-Nasai, as-Sunan al-Kubra, II:120, No. 2666; Sunan An-Nasai, IV:201, No. 2357; Ahmad, Musnad Ahmad, V:201, No. 21.801; Ath-Thahawi, Syarh Ma’ani al-Atsar, II:82.
[14] Lihat, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, IV:215.
[15] Lihat, Shahih Sunan an-Nasai, No. 2221.
______________
Mari kita berinvestasi akhirat
dengan program wakaf untuk
pembangunan dan sarana pendidikan
Salurkan Dana Dakwah Anda ke:
REK BRI 0886.01.032045.53.7 an Yayasan Dialog Islam

COMMENTS

Nama

Aam Amiruddin,3,Adab Berada dalam Masjid,2,Adab Di Majelis,1,Adab Di Majlis,1,Adab di Masjid,2,Adab Islami,9,Adab Menuntut Ilmu,2,Adab Penuntut Ilmu,1,Adab Terhadap Allah,1,Adab Terhadap Allah Azza wa Jalla,1,Adab Terhadap Ayah Bunda,1,Adab Terhadap Ibu Bapak,1,Adab Terhadap Orang Tua,1,Akhlak Islami,1,Aliran Sesat,1,Amin Saefullah Muchtar,2,Android,1,apakah hormat bendera haram,1,Aplikasi,1,Aqidah,1,Artikel,44,Artikel Adab,1,artikel fikih,1,artikel fiqh,1,artikel Islam,22,Artikel Kiriman,58,Artikel Ramadhan,9,Artikel Siyasah,2,artikel tahajud,1,Artis Jadi Nabi,1,Artis Nabi,1,Artis Teladan,1,Awal Ramadhan,2,Baiti Jannati,10,Berita,31,Berita Persatuan Islam,2,Biografi,9,Buku,19,Bulughul Maram,1,Cerita Renungan,10,Dari Redaksi,5,Dewan Hisbah,10,Dewan Hisbah PP Persis,12,Dialog Islam Garuda,48,Diary Islami,1,Download,12,Download MP3 Alquran,2,Dunia Islam,6,Ekonomi dan Bisnis,4,Essay,1,Fatwa Dewan Hisbah,11,Fatwa Dewan Hisbah Persatuan Islam,10,Fatwa Dewan Hisbah Persis,10,Featured,6,Film Umar bin Khattab,32,Fiqh Ibadah,11,Hadits,2,hukum bendera negara,1,hukum mengangkat tangan hormat bendera,1,hukum menghormat pada bendera,1,Ibadah,4,Ibadah dan Muamalah,5,Iedul Fitri,2,Informasi,1,Internasional,13,Istifta,40,Istiqro',6,Jadwal Puasa,1,Jadwal Shaum,1,Jihad PP Persis,13,Kajian,29,Kajian Ramadhan,8,Kesehatan,1,Khazanah,1,Khutbah,19,Kisah Adam menurut alquran,1,Kisah dalam Alquran,2,Kisah Hud menurut alquran,1,Kisah Idris menurut alquran,1,Kisah Ishaq menurut alquran,1,Kisah Ismail menurut alquran,1,Kisah Lengkap Nabi Adam,1,Kisah Lengkap Nabi Hud,1,Kisah Lengkap Nabi Idris,1,Kisah Lengkap Nabi Ishaq,1,Kisah Lengkap Nabi Ismail,1,Kisah Lengkap Nabi Luth,1,Kisah Lengkap Nabi Nuh,1,Kisah Lengkap Nabi Shalih,1,Kisah Luth menurut alquran,1,Kisah Nabi,8,Kisah Nuh menurut alquran,1,Kisah Shalih menurut alquran,1,Kitab,1,Kolom Hikmah,7,Kolom Motivasi,8,Kristologi,1,kumpulan fatwa dewan hisbah persis,10,Kurban,2,MBC,1,MPI,2,Musik Islami,7,Muslimah,6,Nabi Adam,1,Nabi Adam dalam Alquran,1,Nabi Hud,1,Nabi Hud dalam Alquran,1,Nabi Idris,1,Nabi Idris dalam Alquran,1,Nabi Ishaq,1,Nabi Ishaq dalam Alquran,1,Nabi Ismail,1,Nabi Ismail dalam Alquran,1,Nabi Luth,1,Nabi Luth dalam Alquran,1,Nabi Nuh,1,Nabi Nuh dalam Alquran,1,Nabi Shalih,1,Nabi Shalih dalam Alquran,1,Nasional,11,Oase Iman,39,Penerbit Jabal,4,Pengajian Ahad Viaduct,13,Pengajian Pajagalan,2,pentingnya sholat dhuha,1,Percikan Iman,2,Persatuan Islam,5,Politik,1,Politik Islam,2,Profil,1,qiaymul lail,1,Quran dan Hadits,12,Quran Digital,1,Qurban,1,Redaksi,4,Resensi Buku,2,RG-UG,1,Ringkasan Khutbah,7,Ringkasan Khutbah Jum'at,15,Sejarah Islam,5,shalat malam,1,shalat tahajud,1,Shiddiq Amien,13,Sholat,1,sholat dhuha,1,Sholat Rawatib,1,Sholat Sunnat,1,Shop,19,Sigabah,3,Sigabah.com,4,Siyasah,2,Suara Santri,1,Surat Edaran PP Persis,2,Sya'ban,1,Syaaban,1,Syiah Bukan Islam,7,Tanya Jawab Bersama Ust Aam,11,tanya jawab islam,12,Tanya Jawab Seputar Bulan Ramadhan,9,Tazkiyatun Nafs,8,The Epic Series Omar,27,Tibbun Nabawi,1,Tsaqofah,3,Umar bin Khattab Series,5,Video,55,Virus Corona,1,YDIG,12,
ltr
item
Pajagalan.com: Syiah dan Sya'ban
Syiah dan Sya'ban
Pajagalan.com
https://www.pajagalan.com/2020/03/syiah-dan-syaban.html
https://www.pajagalan.com/
https://www.pajagalan.com/
https://www.pajagalan.com/2020/03/syiah-dan-syaban.html
true
4605599093145502030
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content